kreatif pada tempatnya;

Menalar Perjalanan Ini

Persiapan

Tanggal 10 Juli 2012 saya harus sudah di Bandung. Tanggal tersebut adalah registrasi ulang program alih jenjang D3-D4 ITB Seamolec di ITB, Bandung. Waktunya mepet, beberapa kerjaan kantor belum selesai, saya harus mengurus beberapa proyek yang masih dalam proses pengerjaan. Tapi, mau nggak mau saya wajib siap-siap untuk ke Bandung besok, melakukan registrasi, kalau nggak ya nggak jadi kuliah hehe.

Dimulailah BBMan sama temen-temen FIM Kece Bandung. Ibam menjadi sasaran saya untuk bertanya ke Bandung naik apa? ITB itu di mana? berapa jam ke sana? begitulah pertanyaan-pertanyaan sebelum keberangkatan. Tadinya saya mau berangkat tanggal 9 Julinya, tapi tiket sudah habis dimana-mana. Akhirnya diputuskan berangkat tanggal 10nya saja, naik Baraya jam 8 pagi dari Lenteng Agung.



Saya ke ITB ditemani oleh Septian, mahasiswa tingkat akhir Universitas Lampung. Kok bisa ditemenin Septian? kronologisnya: Ia sedang berada di Bogor pada tanggal 9 Juli saat itu, sehabis mendaki Gunung Gede bersama anak FIM lainnya. Tiba-tiba ia menelpon saya, tak ayal saya suruh saja ke rumah di Depok untuk nginep, kasian juga sih sama dia kalau jadi gembel karena nggak dapet tempat nginep hehe :p. Singkat cerita, Septian nginep di rumah saya dan besoknya dia mau menemani saya untuk Registrasi di Bandung. Sebelum hari keberangkatan, malamnya kami nongkrong dulu di Pecel Lele Lela dan berpindah ke Cafe Double Dips di samping Pesona Kahayangan. Malam itu, saya mendapat kenalan baru dari FEUI dan Unair, mereka adalah teman Septian yang lusa akan mengikuti FLS (Future Leader Summit) di Semarang. Tak lupa juga anak FIM 12 yang belum saya kenal, namanya unik: Bening, mahasiswa NTU (Nanyang Technological University), Singapura. Bening juga ikut naik Gunung Gede sekalian ada urusan akademik di Indonesia. Malam itu kami ngobrol lama banget sampai tengah malam, dari ngomongin Tuhan, politik, sosial, budaya, sampai masalah nikah. Fix, kami memang galau nikah hahaha.

Goes to ITB

Paginya, saya dan Septian bersiap-siap untuk ke Bandung. Kami jam 7 sudah berangkat dari rumah menuju pool Baraya di Lenteng Agung. Jam 8 kurang kami sampai dan tepat jam 8 kami berangkat menuju Bandung. Di perjalanan yang membutuhkan waktu 3 jam itu, saya dan Septian ngobrol mengenai banyak hal, obrolan yang cukup serius.. banyak bumbu teologi, madzhab, dan filsafat di dalamnya. Mungkin penumpang dan supir Baraya terheran-heran dengan pembicaraan kami, bisa-bisa kami dianggap sesat hehehe.

Akhirnya, kami pun sampai di Bandung sekitar jam 11.30. Dengan bertanya ke supir arah mana yang harus dituju ke ITB, kami pun sampai di ITB. Saya baru sekali ke ITB dan rasanya luar biasa, kampus yang terkenal telah melahirkan insan-insan terbaik di negeri ini dan saya akan kuliah di sini juga nantinya? oh rasanya itu abstrak. Biarkan empirik saja yang berbicara di dalam hati hehe.

Sebenarnya, kami harus sudah pulang ke Depok jam 13.00 paling lambat dari Bandung. Dikarenakan Septian jam 15.00 sudah harus berangkat ke Semarang menaiki travel di FEUI untuk mengikuti acara FLS esoknya. Saya pun harus buru-buru. Saya langsung menuju gedung Ahmad Bakrie lantai VIII di LSKK ITB untuk melakukan registrasi. Dang! ternyata tutup, orang-orangnya nggak ada, saya melirik jam: Ahh jam makan siang. Paniklah saya, gimana nih si Septian, bisa ketinggalan travel. Septian menenangkan saya, katanya keburu kok. Lalu ia mengajak untuk sholat dan makan dulu, nanti jam 13.00 balik ke situ lagi untuk registrasi. Yoweslah, kami pun sholat dan makan.

Jam menunjukkan 13.00. Ruhani sudah terisi dengan ibadah sholat dan jasmani sudah terpuaskan dengan makan minum. Saatnya melakukan registrasi, alhamdulillah sudah dibuka lagi. Dengan sigap, saya langsung menyerahkan berkas-berkas, proposal bisnis, dan surat pernyataan. Tidak butuh waktu lama, akhirnya registrasi selesai juga. Namun saya dikagetkan, "Besok ke sini lagi ya jam 9, ada pembukaan.". Ah! saya lupa, besok ada pembukaan.. ini akibat tidak cermat membaca pengumuman yang sudah diberikan di website. Bingung.. Tetapi, urusan Septian lebih urgent. Melupakan sejenak masalah pembukaan, saya dan Septian berlari mencari travel dengan menghubungi dulu Uda Trio, mahasiswa Unpad yang baru lulus, untuk menunjuki kami jalan kebenaran travel di Bandung. Kami pun janjian di depan gerbang Unpad. Menaiki angkot sekali, kami sampai di depan gerbang Unpad. Uda Trion pun muncul dengan celana batik dan sendal hotel yang berwarna putih.

Kami pun kangen-kangenan sebentar dan Uda Trio bertanya emangnya jam berapa mau sampai Depok. Jam 15.00. Uda Trio kaget, nggak mungkin bisa sampai jam segitu.. mendingan travelnya dibatalin aja. Ke Semarangnya dari Bandung aja besok. Uda Trio pun menawarkan kosannya untuk kami gagahi hehehe. Saya tiba-tiba keingetan bahwa besok ada pembukaan, daripada balik ke Depok dan besoknya ke Bandung lagi, lebih baik saya nginep aja di Kosan Uda Trio. Masalah baju bisa minjem.

Jadilah, saya dan Septian ke kosan Uda Trio. Di luar rencana sama sekali. Saya nggak enak sama Septian karena sudah menghancurkan rencananya. FFFUUU. Di kosan, kami istirahat dengan menyeruput jus yang kami beli di pinggir jalan, nikmat sekali hidup. Ibam pun sore harinya datang ke kosan, mahasiswa tingkat akhir Telkom yang sedang proses lulus ini menyempatkan hadir menemani kami padahal skripsinya belum kelar (piss bam ^^). Malamnya, Uda Trio ngajak makan, katanya di Bebek Boromeus aja. saya sih setuju-setuju aja, soalnya nggak tau apa yang enak di Bandung. Uda Trio pun tak lupa mengajak Syauqi, salah satu anak FIM Kece juga untuk makan malam bersama kami. 

Sesampainya di tempat bebek itu, kami malah ketemu temen FIM lain dari Unpad, Nunuy dan Huda yang telah resmi menjadi suami-istri. Namun, mereka sudah selesai makan dan mereka pun berpamitan. Makanan dipesan, agak lama bebek itupun datang. Saya coba apasih bedanya, waw, ternyata beneran beda. Biasanya bebek itu kan dagingnya alot, namun itu empuk sekali, maknyus deh.. recommended kalau lagi jalan-jalan ke Bandung. Tak lama, Syauqi pun datang. Juragan Bandung ini ternyata lagi galau, tapi dengan pertemuan malam itu kegalauannya nampaknya berkurang huehehe.

Syauqi menawarkan tempat untuk menginap di kantornya, Rumah Zakat Bandung. Alhamdulillah dapat tempat menginap. Kami pun bermalam di kantor Syauqi yang sedang mempersiapkan untuk acara FIM Ramadhan. Paginya, kami sudah harus berangkat lagi. Saya harus bersiap untuk pembukaan program alih jenjang ITB, Septian harus berangkat pagi ini ke Depok karena dia kelupaan tasnya yang ketinggalan di Rumah saya hehe. Dengan mobil Syauqi, kami pun menuju Kosan Uda Trio. namun, sebelum itu kami mampir dulu ke rumah Syauqi. Makan roti dan nyeruput teh madu dulu, nikmatnya dunia.

Sekarang saya sudah di kosan Uda Trio. Buru-buru mandi dan minjem baju. Setelah dirasa rapih dan siap, saya pun menuju ITB diantar Uda Trio yang juga ada urusan proposal FIM Ramadhan di ITB. Kami pun berangkat.

Di ITB, saya langsung menuju gedung Ahmad Bakrie VIII, di sanalah pembukaannya. Yap, pembukaan dihadiri oleh hampir 70 orang yang terpilih mengikuti program ini dari seluruh Indonesia. Di sana ada perwakilan dari STEI ITB, SBM ITB, dan Seamolec. Mereka memberikan informasi, petuah, dan lainnya.

"Apakah kamu mampu mengangkat gajah setelah lulus dari ITB?", inilah pertanyaan yang diberikan oleh perwakilan dari STEI ITB. Secara simbol, gajah yang dimaksud adalah lambang ITB. Katanya, setelah menjadi mahasiswa ITB, ada tanggung jawab kita kepada masyarakat dan Indonesia, tidak boleh main-main membawa nama ITB.

Akhirnya setelah diketuknya meja, kami pun resmi menjadi mahasiswa alih jenjang D3 ke D4 ITB Seamolec. Pembukaan pun selesai. Setelah itu ada informasi lain mengenai outbond. Inilah yang mengagetkan, seingat saya outbound itu di hari sabtu dan minggu, ternyata harinya dimajukan menjadi besok! what the... Yasudahlah, akhirnya saya berencana balik ke Depok hari ini untuk persiapan outbond besok. Outbond dilakukan di kantor Seamolec, di UT, Tangerang Selatan. Sambil ditemenin Uda Trio dan Syauqi, saya muter-muter mencari tiket. Baraya: abis. Cipaganti: abis. Alhamdulillah saya dapet di X-Trans. Saya pun akhirnya bisa pulang ke depok, alhamdulillah.

OUTBOND 

Besoknya outbond dilaksanakan. Saya sudah siap dengan celana training. Sebelum outbond, kami diberikan materi character building dan motivasi oleh Bapak stanley, Professor di bidang psikologi ini sungguh semangat. Walau materi yang dibawakan sudah sering saya dapat, namun yang menjadi keunikan adalah beliaunya sendiri, baru ketemu saya model motivator dan psikolog seperti itu: unik, epic, dan menggugah!.

Saya di kegiatan outbond mendapat kelompok yang dinamakan KERBAU. Meh.. aneh sekali namanya, kayak nggak ada nama lain. Padahal yang lain bagus-bagus: matahari, harimau, dan kuda (yang kuda juga aneh hehe). Tapi ternyata kerbau itu ada filosofinya, yaitu pekerja keras dan liar. Benar! kelompok kami mayoritas seperti itu: pekerja keras dan tentunya LIAR hehe.

Kegiatan outbond yang saya paling suka adalah kegiatan kewirausahaannya. Berhubung saya mengambil jurusan Kewirausahaan, maka di kegiatan ini saya kudu melakuakn yang terbaik. Jadi tugasnya adalah menjual 1 pulpen seharga Rp 2.000. terserah mau dijual berapa, sampai saat ini rekor yang tertinggi adalah menjual 1 pulpen itu dengan harga Rp 500.000,-. Caranya gimana? ya caranya kita bilang ke target bahwa pulpen ini untuk membiayai kuliah teman kami yang tidak mampu. Begitulah, akhirnya banyak yang tergerak hatinya untuk membeli. saat itu hujan, saya dan tim rela hujan-hujanan, tim kerbau berhasil mengumpulkan sekitar Rp 600.000,-. Malamnya kami mengadakan api unggun dengan filosofi api itu akan membakar kebiasaan jelek kita dengan melemparkan kertas yang kita punya ke dalam api itu.

Hari kedua, barulah outbond model-model pelatihan gitu. Kami diajak keluar, menyatu dengan alam. Pos-pos pun sudah dibuat, ada pos menembus waktu, pos spider web, pos kelereng, pos merayap, pos mengisi air ke pipa bolong, pos mengis air di ember, pos panjang potensi. Semua pos seru semua. banyak hikmah yang bisa diambil.

Terakhir sebelum kegiatan outbond dua hari ini ditutup, kami melakukan kontemplasi. Seperti biasa, lampu dimatikan dan dipasang lagu instrumen yang syahdu. Pak Stanley pun mulai berbicara dan membimbing ke frekuensi alfa. Saya yang cenderung udah bosen dengan kontemplasi model begituan malah melakukan meditasi di tempat, kening di antara alis saya malah ngilu-ngilu dan mau muntah akibat meditasi dadakan nggak jelas itu. Akhirnya kontemplasi selesai, banyak yang nangis. Saya tidak nangis, merasa nggak enak juga sih karena nggak nangis padahal yang lain nangis.

Tapi, saya selalu terharu dengan pernyataan yang tidak dibuat-buat, yang jujur dengan realitas keadaan. Salah satu mahasiswa yang menangis ditanya Pak Stanley, kenapa ia menangis? Ia pun menjawab.

"Pak, saya orang nggak mampu. Ibu saya tidak bisa membayari pendidikan saya. Saya dari dulu sekolah sambil kerja juga mengajar. Keinginan saya untuk kuliah kuat sekali, saya ingin membuat bangga ibu saya dan merubah hidup. Akhirnya saya bisa kuliah dengan beasiswa di sini, bahkan di ITB. Ibu saya hampir tidak percaya. Ini suatu hal yang luar biasa bagi saya. Saya ke sini ongkosnya dibantu saudara dan tetangga."

Deg! ya, saya malah mau menangis saat itu. Saya bangga sekali dengan dia yang tadi berbicara, rasa syukur pun mejalar dalam diri: "Ahh.. saya masih beruntung.. saya harus lebih bersyukur".

Penutupan pun berlangsung dan diumumkan kelompok siapa yang menang. Yap, juara 1 adalah kelompok kami, kelompok Kerbau! Luar biasa! Penutupan yang manis dan lengkap. Saya pun salam-salaman dengan mahasiswa lain dan berterimakasih kepada Pak Stanley dan staff Seamolec lainnya. Semoga kegiatan Outbond ini adalah awal yang baik untuk memulai perjalanan 1 tahun berikutnya dalam memperjuangkan mimpi di ITB Seamolec.


Depok, 16 Juli 2012
Muhammad Maula Nurudin Alhaq
Twitter: @maulaozier
Blog: http://pekerjakreatif.blogspot.com/

1 komentar:

Unknown said...

cerita yg bagus...teruskan bakat menulis anda ya...proses kompilasi suatu keadaan yg mengalir..

© 2011 Pekerja Kreatif, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena