Tulisan ini adalah ulasan tentang acara Creative Room #01 (versi full coverage)
Depok Creative, Lahir Untuk Bersama Membangun Ekonomi Kreatif Depok.
Sabtu 17 September 2011 menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi industri kreatif kota Depok. Di tanggal inilah Depok Creative, komunitas pekerja kreatif kota Depok, diluncurkan. Acara peluncuran yang diselenggarakan di Taman Baca Masyarakat (TBM), Depok Town Square ini dikemas dalam eventberjudul Creative Room #01. Di acara ini, Depok Creative mencoba untuk memaparkan tentang industri kreatif dan menjadi jembatan penyambung antara pekerja kreatif di kota Depok.
Acara diadakan dari pukul 16.00 sampai 18.30 dengan animo peserta yang cukup tinggi, terlihat dari peserta yang meluber hingga keluar area TBM karena tidak mendapatkan tempat duduk. Peserta yang hadir pun beragam, mulai dari anak SMA sampai praktisi di bidang kreatif.
Pengisi acara untuk soft launching dan creative sharing kali ini diisi oleh pembicara-pembicara berkompeten di bidangnya baik yang berkiprah di skala lokal hingga ke level mancanegara. Mereka adalah: Lahandi Baskoro, Amran Ahmad, Hafiza Elvira, dan Traceland Vectorie.
Pentingnya Industri Kreatif
Soft Launching dan Creative Sharing dijadwalkan dimulai pada pukul 16.00, namun agak molor sedikit karena masalah teknis, sehingga acara baru dibuka oleh MC sekitar jam 16.30. MC membuka acara dengan mengucapkan salam dan ucapan terimakasih kepada para peserta yang sudah rela hadir dalam acara soft launching dan creative sharing yang dipersembahkan oleh Depok Creative dan supported by Nalacity Foundation.
Sesi pertama diisi dengan sambutan sekaligus presentasi dari Lahandi Baskoro mengenai “Pentingnya Industri Kreatif Skala Lokal”. Mas Lahandi memulai persentasinya dengan definisi indutri kreatif hingga membuka wawasan peserta tentang potensi industri kreatif yang ada di kota Depok. Dari pemaparan yang diberikan Mas Lahandi, ternyata potensi industri kreatif di Depok sangat luar biasa, namun belum digarap dengan optimal.
Setelah presentasi, Mas Lahandi yang juga sebagai Founder dari Depok Creative akhirnya memimpin Peresmian launching Depok Creative secara simbolik dengan animasi flash yang memukau, tepuk tangan pun bergemuruh. Launching ini menandakan bahwa telah lahir sebuah komunitas luar biasa di kota Depok yang akan bersama membangun kota Depok menjadi lebih baik.
Acara pun berlanjut. Di sesi kedua, Mas Amran Ahmad memberikan sebuah presentasi tentang “Jabar Berbagi – Bermain itu Belajar”. Presentasi dimulai dengan diputarnya sebuah video inspiratif mengenai kegiatan di Sekolah Hijau di daerah Bandung. Video yang menampilkan permainan-permainan tradisional telah menggelitik jiwa peserta untuk kembali ke masa kecilnya, beberapa peserta terlihat tersenyum dan kadang tertawa kecil melihat beberapa permainan tradisonal di video itu. Video ini juga mengkritisi anak-anak masa kini yang mulai melupakan permainan-permainan tradisional yang sebenarnya sarat makna dan bermanfaat untuk kognitif mereka.
Mas Amran Ahmad memberikan 3 suluh sebagai dasar menjadi aktivis di bidang kreatif, yaitu: anak, lingkungan, dan kearifan lokal. Ketiga hal tersebut harus selalu ada dan terintegrasi agar terwujudnya Indonesia yang produktif.
Waktu semakin sore, namun hal ini tidak mengurangi minat para peserta untuk tetap mengikuti rangkaian acara hingga akhir. Sebelum berlanjut sesi ketiga, MC mengajak para peserta untuk memfollow twitter di @Depok Creative dan juga me-like fan page Depok Creative di Facebook untuk mendapatkan info-info terbaru dari Depok Creative.
Di sesi ketiga, presentasi diisi oleh Hafiza Elfira dari Nalacity Foundation mengenai “Bisnis Sosial Sebagai Ruang Kreasi Komunitas Kreatif”. Mbak Hafiza mengawali presentasinya dengan memutar film Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank mengenai Social Business. Nalacity Foundation adalah sebuahsocial business yang berawal dari para mahasiswa Universitas Indonesia yang tergabung dalamIndonesia Leadership Program (ILP).
Program yang berjalan di kampung kusta Sitanala, Tangerang ini telah memberdayakan 20 ibu-ibu keluarga OYPMK melalui keterampilan jilbab manik. Harapannya, selepas mereka diberikan pelatihan intensif selama empat kali, mereka bisa memiliki usaha jilbab manik mandiri. Nalacity Foundation adalah salah satu finalis Aksi Semangat Fatigon, mereka pun dalam waktu dekat ini akan tampil dalam acara Kick Andy mengenai program social business mereka yang menginspirasi ini.
Sesi terakhir akhirnya datang juga. Sesi terakhir diisi oleh Traceland Vectorie atau biasa dipanggil Mas Ririe. Mas Ririe mengisi sesi terakhir ini dengan tema “Vector & Freelance” diawali dengan pengertian tentang vector dan membedakan antara style dan teknis dalam vector. Mas Ririe yang karyanya telah dikenal di level internasional seperti Jerman, AS, Hongkong, Singapura dan negara lainnya membeberkan pengalamannya sebagai seniman vector dan pekerja freelance kepada peserta dengan pembawaannya yang sangat santai.
Mas Ririe sebagai pekerja kreatif yang pernah mengalami bekerja di kantor dan diluar kantor, dengan gambang memaparkan tantangan di area masing-masing. Ia juga mengatakan bahwa untuk menjadi mendapat klien perusahaan luar negeri dibutuhkan ketekunan. Konsistensi untuk terus memproduksi karya jadi kunci utama seorang freelance.
Sesi terakhir dari Mas Ririe akhirnya menandakan bahwa acara soft launching dan creative sharing yang diadakan oleh Depok Creative ini. MC pun menutup acara dengan foto bersama dan harapan agar Creative Room ini dapat menjadi momentum awal untuk berkembangnya ekonomi kreatif kota Depok. Creative Room #01 yang terselenggara berkat kerjasama antara Depok Creative dan Nalacity Foundation, mengucapkan banyak terimakasih kepada peserta dan pihak-pihak yang membantu terwujudnya acara ini.
Maju terus industri kreatif Depok! (mol/DC)
0 komentar:
Post a Comment