kreatif pada tempatnya;

Pembenaran Passion



"Kak, lebih baik mengerjakan apa yang kita cintai atau berusaha mencintai apa yang kita kerjakan saat ini? Saya sedang dilema hal tersebut..."

Pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh salah satu peserta di saat saya mengisi sebuah acara dengan tema "Passion: kuliah, bisnis, organisasi, dan dakwah". Saya mengerti maksud pertanyaannya berangkat dari mana, karena saya dulu pernah merasakan kebingungan tersebut dan timbul pertanyaan filosofis seperti itu.

Pertanyaan filosofis sebenarnya harus dijawab dengan paparan realitas dahulu, karena kadang yang bertanya ingin mencari pembenaran. Harus hati-hati dalam menjawabnya, apalagi kita mengerti kenapa dia bertanya seperti itu. Kalau saya jawab dengan jawaban filosofis yang berbunga-bunga, pasti dia akan senang, namun dia akan gamang dalam kondisi realitasnya yang padahal harus tetap dijalani.

Akhirnya saya jawab saja:
"Kamu nanya hal itu karena apa? kalau karena ada pekerjaan yang kamu nggak suka sekarang tapi kamu diwajibkan di situ, maka saya salah kalau menjawab "Kerjakan apa yang kamu cintai", walau saya daritadi membahas tentang passion yaitu apa yang kamu cintai, kerjakanlah... pasti kalau saya jawab itu, hati kamu senang dan ada alasan untuk mulai meninggalkan kerjaan yang sekarang, tapi itu bukan jawaban yang tepat, bisajadi nanti kamu ogah-ogahan di kerjaan yang nggak kamu sukai sekarang dan etos kerja kamu jadi turun. Pertanyaan kamu itu filosofis, jawabannya bisa bercabang. Tapi kamu harus berpijak dulu dengan kehidupan nyata: bahwa ketika kita hidup pasti selalu ada suka dan duka, ada yang kamu senangi ada yang kamu benci. Itulah proses kehidupan. Kamu pasti dalam hidup gak selamanya kan bahagia terus, seringkali sedih. Seringkali kamu nggak mendapat apa yang kamu inginkan. Nah, kamu harus sadar dulu di pemahaman awal ini, di kehidupan selalu ada dua sisi yang berlaku. Perihal kamu sekarang mempunyai kewajiban yang bisajadi kamu nggak sukai saat ini, itu harus kamu tuntaskan sampai masa amanah yang disepakati: anggaplah inilah bagian duka yang memang harus kamu jalani. Lalu, masih ada waktu kan untuk hal lain yang kamu senangi? nggak 24 jam kamu mengurus kewajiban tersebut? manfaatkan waktu-waktu itu. Perihal cape, sudah lelah, tidak mood lagi, ya kamu harus sadar, ketika kamu sudah dipercayakan di amanah tersebut maka kamu sudah berbeda dengan kamu yang dulu, pasti ada sisi kehidupan yang berubah drastis, maka resiko itu harus kamu bayar dengan mengurangi waktu tidur, mengurangi hal-hal yang nggak berguna, mengurangi ngumpul-ngumpul nggak jelas, dll. Dan, percayalah, yang menurut kamu beban saat ini sebenarnya sangat berharga nantinya, perjalanan waktu yang akan memberikan kamu jawaban dan pemahaman itu, maka jalani dengan sabar. Jadi, hiduplah dengan pemahaman dasar tentang hidup yang ada suka dan dukanya, dua-duanya pasti akan kamu temui. Lalu, pertanyaan-pertanyaan filosofis yang muncul seperti yang kamu tanyakan tadi jawablah dengan pemahaman dasar itu, hingga suatu saat kamu dapat menjawab sendiri pertanyaan itu dengan jawaban filosofis pula lewat pengalaman batin yang sudah kamu jalani. Ya... ini memang masalah waktu. Passion itu menemukannya harus banyak membuka pintu... pintu suka dan duka, harus kamu buka satu-satu... sampai ketemu kliknya, dan akan muncul pemahaman bahwa tidak ada yang sia-sia semua suka dan duka yang telah terlewati, semuanya terkoneksi dan jawabannya ada di masa depan, maka jalanilah. Sama seperti Steve Jobs, dia pernah belajar Kaligrafi, dan ilmu itulah yang mempunyai pengaruh besar pada produk-produk Apple. Ya, intinya: Jangan Manja. Kehidupan kampus tidak semengerikan kehidupan nyata di luar sana, maka, berlatihlah dulu untuk ditempa. Biar nanti jadi tanah liat yang bagus."



Depok, 11 Maret 2013
Muhammad Maula Nurudin Alhaq
t: @maulaozier ( https://twitter.com/maulaozier ) 
b: http://pekerjakreatif.blogspot.com/

0 komentar:

© 2011 Pekerja Kreatif, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena