kreatif pada tempatnya;

Impian VS Angan-angan

Banyak motivator yang memberikan arahan untuk mempunyai mimpi atau impian. Bahkan ada yang menyatakan bahwa jika sudah mempunyai impian maka 95% impian kita akan tercapai. Banyak juga yang mengaitkan mimpi dengan Law of Attraction (LOA): suatu hal yang mempunyai energi sama akan tarik menarik.

Namun, banyak di antara kita yang sudah mempunyai mimpi tetapi belum tercapai juga. Inilah pertanyaannya. Mengapa bisa seperti itu? setelah saya renungkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan mimpi kita:

1. Impian dari hati terdalam
Kita harus mempunyai impian/mimpi yang berasal dari hati kita, tidak boleh ikut-ikutan orang lain. Kita oleh Allah sudah ditakdirkan beberapa hal. Dengan merenungi impian apa yang diinginkan oleh hati, maka kita pun akan selaras dengan takdir yang sudah Allah tentukan. Di sinilah biasanya orang menyebutnya 'passion'.

2. Impian itu harus tertulis
Jangan taruh mimpi di kepala saja atau hanya diingat-ingat saja. Impian yang tidak tertulis niscaya hanya akan menjadi mimpi beneran, tidur, ngorok. Impian harus ditulis, kenapa? alasan terbesar adalah karena keterbatasan otak untuk konsisten terhadap sesuatu. Otak atau pikiran tidak akan pernah fokus dalam satu hal, ia akan menyebar memikirkan banyak hal. Maka, dibutuhkan pengingat agar impian yang sudah terekam di otak diingat lagi. Pernah kan merasa impian sudah besar, hati sudah deg-deg-kan karena memikirkan impian yang begitu luar biasa.. tiba-tiba lupa dan suatu hari ingat lagi dan kembali ke awal, hati menggebu-gebu mengingatnya.. namun lupa dan seterusnya begitu hingga tak terasa sudah berapa tahun terlewat. Itulah, otak hanya mengingat sesuatu yang terbesit. Tapi, karena tidak tertulis akhirnya selalu terbesit saja, tak ada pengingat yang membuat fokus. Inilah yang sering disebut dengan 'angan-angan'.

3. Impian harus terencana dan terukur
Sering kita sudah punya impian tapi tidak tahu berapa lama impian itu terjadi. Banyak yang beralasan 'ikuti saja seperti aliran air', tapi kalau aliran airnya ke selokan atau sapitenk gimana? kan gawat. Impian itu selain tertulis juga harus direncanakan, ada target waktu.. harus terukur. Impian itu adalah kata kerja, harus diperjuangkan dengan bekerja. Bekerja harus selalu ada garis finishnya, kalau tidak ada garis finishnya nggak akan selesai-selesai. Semacam proposal acara, impian itu juga harus punya proposal. Kalau acara yang cuma 2-3 jam saja ada rencana panjangnya dan jadi proposal, masa impian kita yang lebih besar dari acara kampus nggak ada perencanaan yang terukur.

4. Impian harus dilaksanakan
Semua orang juga tahu, kalau mau meraih impian ya harus dilaksanakan. Tapi, sebenernya ini hal yang terpenting. Coba, mulai berpikir bahwa kata-kata ini bukan kata-kata normatif.. lebih perdalam lagi makna laksanakan di sini, makna melakukan. Berusaha keras, lakukan, mulai jalan, kurangi tidur, tanya sana-sini. Harus dilaksanakan, jika kita tunda... tunggu bertahun-tahun lagi kita akan menjadi orang yang paling menyesal.

5. Impian harus konsisten
Inilah susahnya. Terkadang kita sudah mempunyai impian, menuliskannya, membuatnya terencana dan terukur, juga sudah mulai melakukannya. Bahkan awal-awal semangat untuk meraih impian itu luar biasa besarnya, tak terbendung. Tapi di tengah jalan sering goyah lagi, semangat habis, bahkan mulai ragu tentang impian kita. Konsisten! ya konsisten itu memang paling sulit... bisa dikatakan kalau sedekah 1 juta sekali saja itu lebih mudah daripada sedekah 1000 setiap hari hingga ajal menjemput. Konsisten itu seni batin yang tidak diajarkan dengan teori, ia adalah ilmu yang didapat dari jam terbang, pengalaman hidup, dan tentunya melakukan. Ia diselami sampai dalam, konsisten bagai kaca pembesar yang akhirnya membakar. Konsisten seperti penggali harta karun yang akhirnya setelah bertahun-tahun menemukan harta. Konsisten seperti Bilal yang ditindih batu namun tetap mengatakan 'Ahad-'Ahad-'Ahad.

6. Impian harus diserahkan
Impian hakikatnya bukan untuk dikejar namun diserahkan... diserahkan oleh penggenggam hati kita. Tanda kita sudah menyerahkan impian kita adalah hati kita tenang, menjalani impian dengan syukur dan ikhlas.. tidak ada beban. Tidak ada nafas obsesi, tidak ada rasa mengejar-ngejar, tidak panas hati karena ambisius.. Serahkanlah, kita memang bisa menuliskan impian dan menjalankannya.. namun Dia juga punya penghapus dan tahu mana yang terbaik untuk kita. Namun percayalah, ketika impian itu sudah selaras.. maka tidak akan ada hapus-hapusan yang ada malah saling menambahi agar impiannya makin besar pengaruhnya dan bermanfaat luas ke seluruh alam. Bikin takdir bareng Dia.

Yap, mungkin itu saja share tentang impian kali ini. Semoga bermanfaat. Oiya, sekaligus saya mau minta dukungan vote pembaca sekalian untuk saya. Saya sedang mengikuti seleksi untuk ikut workshop mengenai Social Media Camp. Vote saya di nomer 9 (SEMBILAN) di link ini: http://youthempowering.org/votingsmc/, setelah itu scroll ke bawah dan klik 'simpan hasil'. Dukung saya ya :D. Terimakasih. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Depok, 10 Agustus 2012
Muhammad Maula Nurudin Alhaq

0 komentar:

© 2011 Pekerja Kreatif, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena