kreatif pada tempatnya;

Impian VS Angan-angan

Banyak motivator yang memberikan arahan untuk mempunyai mimpi atau impian. Bahkan ada yang menyatakan bahwa jika sudah mempunyai impian maka 95% impian kita akan tercapai. Banyak juga yang mengaitkan mimpi dengan Law of Attraction (LOA): suatu hal yang mempunyai energi sama akan tarik menarik.

Namun, banyak di antara kita yang sudah mempunyai mimpi tetapi belum tercapai juga. Inilah pertanyaannya. Mengapa bisa seperti itu? setelah saya renungkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan mimpi kita:

1. Impian dari hati terdalam
Kita harus mempunyai impian/mimpi yang berasal dari hati kita, tidak boleh ikut-ikutan orang lain. Kita oleh Allah sudah ditakdirkan beberapa hal. Dengan merenungi impian apa yang diinginkan oleh hati, maka kita pun akan selaras dengan takdir yang sudah Allah tentukan. Di sinilah biasanya orang menyebutnya 'passion'.

2. Impian itu harus tertulis
Jangan taruh mimpi di kepala saja atau hanya diingat-ingat saja. Impian yang tidak tertulis niscaya hanya akan menjadi mimpi beneran, tidur, ngorok. Impian harus ditulis, kenapa? alasan terbesar adalah karena keterbatasan otak untuk konsisten terhadap sesuatu. Otak atau pikiran tidak akan pernah fokus dalam satu hal, ia akan menyebar memikirkan banyak hal. Maka, dibutuhkan pengingat agar impian yang sudah terekam di otak diingat lagi. Pernah kan merasa impian sudah besar, hati sudah deg-deg-kan karena memikirkan impian yang begitu luar biasa.. tiba-tiba lupa dan suatu hari ingat lagi dan kembali ke awal, hati menggebu-gebu mengingatnya.. namun lupa dan seterusnya begitu hingga tak terasa sudah berapa tahun terlewat. Itulah, otak hanya mengingat sesuatu yang terbesit. Tapi, karena tidak tertulis akhirnya selalu terbesit saja, tak ada pengingat yang membuat fokus. Inilah yang sering disebut dengan 'angan-angan'.

3. Impian harus terencana dan terukur
Sering kita sudah punya impian tapi tidak tahu berapa lama impian itu terjadi. Banyak yang beralasan 'ikuti saja seperti aliran air', tapi kalau aliran airnya ke selokan atau sapitenk gimana? kan gawat. Impian itu selain tertulis juga harus direncanakan, ada target waktu.. harus terukur. Impian itu adalah kata kerja, harus diperjuangkan dengan bekerja. Bekerja harus selalu ada garis finishnya, kalau tidak ada garis finishnya nggak akan selesai-selesai. Semacam proposal acara, impian itu juga harus punya proposal. Kalau acara yang cuma 2-3 jam saja ada rencana panjangnya dan jadi proposal, masa impian kita yang lebih besar dari acara kampus nggak ada perencanaan yang terukur.

4. Impian harus dilaksanakan
Semua orang juga tahu, kalau mau meraih impian ya harus dilaksanakan. Tapi, sebenernya ini hal yang terpenting. Coba, mulai berpikir bahwa kata-kata ini bukan kata-kata normatif.. lebih perdalam lagi makna laksanakan di sini, makna melakukan. Berusaha keras, lakukan, mulai jalan, kurangi tidur, tanya sana-sini. Harus dilaksanakan, jika kita tunda... tunggu bertahun-tahun lagi kita akan menjadi orang yang paling menyesal.

5. Impian harus konsisten
Inilah susahnya. Terkadang kita sudah mempunyai impian, menuliskannya, membuatnya terencana dan terukur, juga sudah mulai melakukannya. Bahkan awal-awal semangat untuk meraih impian itu luar biasa besarnya, tak terbendung. Tapi di tengah jalan sering goyah lagi, semangat habis, bahkan mulai ragu tentang impian kita. Konsisten! ya konsisten itu memang paling sulit... bisa dikatakan kalau sedekah 1 juta sekali saja itu lebih mudah daripada sedekah 1000 setiap hari hingga ajal menjemput. Konsisten itu seni batin yang tidak diajarkan dengan teori, ia adalah ilmu yang didapat dari jam terbang, pengalaman hidup, dan tentunya melakukan. Ia diselami sampai dalam, konsisten bagai kaca pembesar yang akhirnya membakar. Konsisten seperti penggali harta karun yang akhirnya setelah bertahun-tahun menemukan harta. Konsisten seperti Bilal yang ditindih batu namun tetap mengatakan 'Ahad-'Ahad-'Ahad.

6. Impian harus diserahkan
Impian hakikatnya bukan untuk dikejar namun diserahkan... diserahkan oleh penggenggam hati kita. Tanda kita sudah menyerahkan impian kita adalah hati kita tenang, menjalani impian dengan syukur dan ikhlas.. tidak ada beban. Tidak ada nafas obsesi, tidak ada rasa mengejar-ngejar, tidak panas hati karena ambisius.. Serahkanlah, kita memang bisa menuliskan impian dan menjalankannya.. namun Dia juga punya penghapus dan tahu mana yang terbaik untuk kita. Namun percayalah, ketika impian itu sudah selaras.. maka tidak akan ada hapus-hapusan yang ada malah saling menambahi agar impiannya makin besar pengaruhnya dan bermanfaat luas ke seluruh alam. Bikin takdir bareng Dia.

Yap, mungkin itu saja share tentang impian kali ini. Semoga bermanfaat. Oiya, sekaligus saya mau minta dukungan vote pembaca sekalian untuk saya. Saya sedang mengikuti seleksi untuk ikut workshop mengenai Social Media Camp. Vote saya di nomer 9 (SEMBILAN) di link ini: http://youthempowering.org/votingsmc/, setelah itu scroll ke bawah dan klik 'simpan hasil'. Dukung saya ya :D. Terimakasih. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Depok, 10 Agustus 2012
Muhammad Maula Nurudin Alhaq
Read More

Takdir Menulis

Saya pikir-pikir ulang, ternyata saya sangat suka menulis. Saya menulis sejak SD, dimulai dari menulis hal-hal konyol yang dengan pedenya saya bacakan di mobil jemputan. Mas Umar yang setia menyupiri kami tertawa terbahak-bahak saat itu. Ya, hati ini bahagia melihat reaksi orang akibat karya kita.

Semenjak itu pula saya keranjingan menulis apapun yang beredar mengitari pusat orbit pikiran dan perasaan. Hingga pernah tertidur di atas keyboard komputer demi menyelesaikan sebuah tulisan yang akan disebar ke teman-teman pagi harinya. Saya terenyuh sendiri ketika mengingat hal ini.

Dihitung sedari SD, berarti sudah hampir 14 tahun lebih saya berkutat dengan dunia kata ini. Mengirim ke penerbit sudah lumayan banyak. Lebih banyak yang tidak menanggapi dan 3 penerbit besar kompak menolak kiriman naskah saya. Sedih itu pasti, tapi setiap penulis pasti mengalami hal ini kan? fakta ini membesarkan hati dan mengembangkan lagi senyum yang sempat lupa cara tersenyum.

Tak habis akal, sebelum kembali mengirim naskah ke raksasa penerbit saya putuskan masuk jalur indipenden. Mendesain sendiri, mengedit sendiri, mencetak sendiri dan menjual pun sendiri. Buku pertama saya pun terbit lewat jalur indie. Senangnya saat karya saya diterima, dibaca orang lain, diberi saran dan kritik, bahkan lebih dari yang saya bayangkan: tulisan saya mampu merubah hidup seseorang. Semangat itu makin ada, percaya diri itu tumbuh dengan perlahan.

Saya bukan orang yang berpendirian tetap, mudah terombang-ambing sana-sini.. masih terus belajar untuk meredam sifat buruk itu. Tapi, entah kenapa untuk satu hal ini yaitu menulis, saya tak pernah berubah pendirian: tetap menulis apapun kondisinya. Inilah yang membuat saya percaya, menulis adalah salah satu takdir terbaik saya. Takdir yang harus saya perjuangkan agar naik kelas, entah ketika buku saya diterima penerbit besar atau banyak orang yang menerima manfaat dari karya saya. Ketika masa itu tiba, saya akan tersenyum lagi membaca tulisan ini. Ternyata hidup itu indah, jika kita bertahan dalam proses jatuh-bangun. Melangkahlah.
Read More

Susahkah?

Sehabis main ke blog yang dulu, ternyata ada komen begini di salah satu post:


"kaka sangat humanis. benar2 tak hanya retorika. saya sampai bertanya, susahkah hidup menjadi seorang Maula? hmm. tapi sungguh kak, saya merasa bersyukur bisa mengetahui seorang manusia bernama Maula, yang dalam hidupnya insyaAllah bisa memberikan pencerahan kepada sekitarnya.. banyak lo cerita tentang kaka, dibalik sikapnya yg nyeleneh minta ampun.. tetapi bisa mengandung makna sarat kehidupan.. salam ukhuwah. teruslah berkarya. sampai kematian menghampirimu."


Tertanggal 27 Maret 2010. Berarti sekitar dua tahun yang lalu, lama juga ya. Ini salah satu komen yang waktu itu bikin saya mikir dengan pertanyaan, "Susahkah hidup menjadi seorang Maula?". Sampai sekarang pertanyaannya belum bisa dijawab hehe.  
Read More

Sekedar Cinta

Cinta itu sesimple kamu suka melihatnya tersenyum. Semudah melihat dia tertawa. Sesederhana membaca sms-nya. Ya itu cinta. Tapi, ada yang harus disadari dalam cinta. Jika memang hanya bunga-bunga yang hadir tiap harinya, itu tanda tiada keseriusan dalam cinta. Cinta adalah pengorbanan. Pengorbanan merubah karakter buruk diri sendiri dan pasangan, pengorbanan menyatukan dua keluarga yang berbeda, pengorbanan membangun tempat teduh yang menenangkan, pengorbanan untuk tetap saling mempercayai di saat rasa percaya itu mulai pudar satu persatu. Pengorbanan amat luas, bukan hanya perjuangan manis saat memperjuangkan cinta, tapi setelah mendapatkan cinta niscaya jalan pengorbanan akan lebih panjang dan tiba-tiba bermunculan cabang-cabang.

Cinta butuh frustasi untuk membuktikan bahwa ia memang penenang sejati; cinta butuh cemburu agar kita tahu bahwa kita bernilai untuknya; cinta butuh marah agar bekunya hati meleleh untuk tetap leleh mencintainya; dan yang terakhir: cinta butuh sentuhan agar makna cinta lebih dalam, hingga kita tahu di sinilah titik awal menuju jalan pengorbanan yang panjang dan banyak cabang itu.. Pelaminan, ya... bagi yang serius inilah awal untuk memulai merasakan cinta dalam sentuhan... karena cinta yang tak berujung pelaminan hanyalah eksekusi syahwat, penanda cinta yang sedang kita jalani tidak serius. Hanya bunga-bunga.
Read More

Gen Langit

Inilah rasa dilema: Apakah aku makhluk bumi atau makhluk langit?. Jika aku makhluk bumi, lalu bagaimana dengan kisah Ayahanda Adam yang diturunkan dari Surga? mau tidak mau pasti dalam diri kita ada gen keturunan dari ayahanda. Ada gen langit dalam diri ini. Luar biasa memang kedengarannya, tapi mengapa sering kita tidak merindu langit? apakah gen itu telah hilang semenjak jutaan tahun manusia beranak pinak?. Jika gen itu masih ada, seharusnya ada rasa rindu ingin pulang ke tempat asal; ke langit.
Read More

Terimakasih Iblis

Ah. Sebenarnya aku benci iblis, mengapa dia harus ada? karena ulah dialah akhirnya kita berjubelan sesak di dunia ini. Namun, semua ini pasti sudah ditentukan... ya bahkan sebelum iblis itu ada. Ada satu rahasia, di mana kita bisa belajar pada iblis. Ia adalah makhluk yang pernah bertemu Allah, bertemu Nabi Adam, bertemu malaikat, pernah di surga, ini tanda ia istimewa. Ia mengenal Allah, bahkan pernah bertemu dan berbincang. Level kita berbeda dengannya. Ia tahu semua kebaikan Allah, kebesaran Allah, lebih besar dari yang kita ketahui . Kita kalah jauh, sejauh jarak antara x,y,z yang tidak akan pernah bertemu. Namun dari iblis, kita bisa belajar bahwa mengenal, cinta, dan tahu saja tidak cukup.
Read More

Logika Sperma

Setiap manusia diberikan potensi yang berbeda-beda. Sering kita mendengar bahwa setiap manusia adalah pemenang, dimulai dari doktrin bahwa kita telah mengalahkan jutaan sperma lalu menjadi juara dan dilahirkan di dunia ini. Dahulu aku senang sekali mendengar motivasi itu, aku yakin bahwa aku berpotensi. Namun seiring berjalannya waktu semenjak lahir di dunia ini, aku malah bertanya; "Dulu aku memang memenangi pertarungan sperma, sekarang aku bertarung dengan sperma pemenang lainnya?". Pertanyaan ini lahir karena semenjak aku di bumi, aku merasa termasuk jutaan sperma yang kalah seperti jutaan sperma yang kukalahkan dulu? apakah ini hukum karma karena aku dulu telah mengalahkan mereka para sperma itu? jika iya, aku mohon maaf.
Read More

Pilihan Hidup

Galau.
Mungkin itu bisa jadi sebuah kata yang cocok menggambarkan perasaan yang saya alami.
Ini galau tentang hidup; kehidupan. Saya berpikir bahwa kehidupan ini begitu luas, banyak sekali pilihan yang menunggu untuk dipilih. Ketika kita memilih pilihan itu, maka garis hidup kita akan berubah. Pun sama ketika memilih pilihan yang lain, pasti akan berbeda ceritanya dengan ketika kita memilih pilihan awal.

Read More

Ujian PJJ Maula SBM

Nama: Muhammad Maula Nurudin Alhaq
Jurusan: Kewirausahaan SBM


Soal-1
Terdapat 2 model pembelajaran Pendidikan Tatap Muka dan Pendidikan Jarak Jauh. Tentunya kedua model  tersebut memiliki beberapa perbedaan.


Jelaskanlah perbedaan dari sisi:
1. Pengajar (Guru/Dosen)
2. Peserta Didik (Siswa/Mahasiswa)
3. Bahan Ajar yang digunakan
Read More

Saatnya CodeIgniter!

Pagi!

Masih balada tentang masa matrikulasi saya nih -,-. Sekarang saya lagi belajar tentang CI, singkatan dari CodeIgniter. Okelah seperti biasa, kita akan bahas pengertiannya dulu ya (basi banget pengertian mulu hehe):

"CodeIgniter adalah aplikasi open source yang berupa framework dengan model MVC (Model, View, Controller) untuk membangun website dinamis dengan menggunakan PHP. CodeIgniter memudahkan developer untuk membuat aplikasi web dengan cepat dan mudah dibandingkan dengan membuatnya dari awal." (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/CodeIgniter)

Read More

HTML dan CSS

Yap, temen-temen.. kemarin saya belajar lagi tentang bahasa pemrograman. Terjadi keram otak untuk keberapa kalinya *tepok jidat*, tapi kemarin lebih enak sih mulai ada yang dipahami :p. Belajarnya jadi lebih terstruktur, karena kemarin kita mulai dari belajar HTML lalu CSS. Inilah dasar-dasar dari pemrograman website. So, jadi lo buat website mol? Iya.. hehe.. asyik ya.. semoga nanti bisa bikin web! *semangat!*.


Yuk sekarang kita bahas materi tentang HTML dan CSS.
Read More

PHP, CI, htaccess.. Makhluk apa itu?! -__-"

Saya minggu-minggu ini sedang mengalami gegar budaya, bahkan gegar otak hehehe, kenapa?


Semenjak saya kuliah di program alih jenjang D3-D4 ITB kerjsama Seamolec batch 6, saya mendapat banyak ilmu baru yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Latar belakang jurusan saya sebelumnya adalah desain grafis, lalu sebelum kami ke ITB, kami harus menjalani program matrikulasi di Seamolec dan ternyata yang saya dapat adalah ilmu IT, semacam Java, PHP, CI, HTML5, dan hal lain yang berhubungan dengan IT tentunya. Saya sebenarnya mengambil jurusan Kewirausahaan Sekolah Bisnis Manajemen ITB, mungkin karena memang orang-orang di Seamolec banyak yang latar belakang IT sehingga matrikulasinya pun berbau IT, dan memang yang diinginkan adalah Technopreneur kalau berbicara apa hubungannya sama jurusan kewirausahaan saya nanti. Sebagai Entrepreneur dalam bidang teknologi kreatif, ya saya harus tahu juga basic mengenai teknologi itu sendiri. So saya tetap berusaha memahami, walau saya mengalami keram otak dari kemarin karena mencoba memahami bahasa planet itu -__-". Gegar budaya, semacam orang norak yang baru memasuki dunia yang amat baru baginya! Jet-lag hahaa.. 
Read More

Bisnis (tanpa) Modal Uang (Saja)

Mau Tau kultwitnya? Langsung menuju link TKP aja :)
Read More

Menalar Perjalanan Ini

Persiapan

Tanggal 10 Juli 2012 saya harus sudah di Bandung. Tanggal tersebut adalah registrasi ulang program alih jenjang D3-D4 ITB Seamolec di ITB, Bandung. Waktunya mepet, beberapa kerjaan kantor belum selesai, saya harus mengurus beberapa proyek yang masih dalam proses pengerjaan. Tapi, mau nggak mau saya wajib siap-siap untuk ke Bandung besok, melakukan registrasi, kalau nggak ya nggak jadi kuliah hehe.

Dimulailah BBMan sama temen-temen FIM Kece Bandung. Ibam menjadi sasaran saya untuk bertanya ke Bandung naik apa? ITB itu di mana? berapa jam ke sana? begitulah pertanyaan-pertanyaan sebelum keberangkatan. Tadinya saya mau berangkat tanggal 9 Julinya, tapi tiket sudah habis dimana-mana. Akhirnya diputuskan berangkat tanggal 10nya saja, naik Baraya jam 8 pagi dari Lenteng Agung.

Read More

Menangkap Mimpi

Nanggung

Jujur, dengan titel D3 ini rasanya nanggung. Sebenarnya, saya dahulu orangnya nggak ambil pusing dengan D3lah, S1lah.. bagi saya sama saja. Apalagi semenjak SMA sudah terdoktrin mind-set, "Nggak kuliah aja sukses. Lihat Steve Jobs.. dia DO!". Memang, belajar bukanlah masalah tempat.. belajar bisa di manapun, tidak kuliah juga bisa sukses kok. Sekilas hal itu benar, tapi tidak benar juga ketika itu menjadi pembenaran atas 'kekalahan-kekalahan' kita.

Saya dahulu mengikuti SPMB untuk melanjutkan kuliah ke Sistem Informasi UI dan hasilnya tidak lulus. Sedih sih, perjuangan belajar intensif selama satu tahun nampaknya sia-sia. Apalagi saat tahu mengerjakan SPMB dengan pensil HB, bodoh sekali rasanya, "Mengapa amat ceroboh untuk hal sebesar ini?". -Walau saya yakin, bukan pensil HBnya yang menyebabkan tidak lulus namun nilainya yang tidak cukup, tapi hal ini nggak akan pernah saya lupakan-. Diri ini pun mencoba move on dari kesedihan yang mendalam itu dan mengikuti Ujian Mandiri UIN Syarif Hidayatullah, alhamdulillah diterima di Sistem Informasinya. Ikut tes juga di PNJ, dapat pula Desain Grafis TGP. 

Read More

Tangga Kesadaran

Beberapa hari yang lalu, saya dan rekan kantor berkesempatan ke Palembang untuk mengisi Training tentang Branding, Packaging, dan Digital Marketing. Walau sempat kehilangan tas dan ketinggalan pesawat saat keberangkatan, namun alhamdulillah saat acara berlangsung tidak ada kejadian yang aneh-aneh seperti saat keberangkatan hehe.

Kali ini, saya tidak akan membahas tentang Training yang kami lakukan di Palembang, mungkin nanti akan ada tulisan lain. Saya tertarik untuk membahas tentang isi majalah yang disediakan oleh Lion Air. Ya, majalah yang biasanya diselipkan di kursi penumpang itu lho.

Di hari kepulangan saya ke Jakarta, tepatnya hari Jum'at, Lion Air boarding sekitar jam 13.15. Agak telat sedikit sih, akhirnya kami memasuki pesawat. Sambil menunggu take-off, saya pun iseng mengambil majalah Lion Air yang diselipkan di kursi penumpang di depan saya. Saya baca-baca sekilas dan mata saya terhenti pada sebuah artikel berjumlah dua halaman, saya pun membacanya. Pencerahan. Ya, saya mendapat pencerahan, walau sebenarnya itu hal sederhana yang sudah kita ketahui bersama, tapi di dalamnya ada pencerahan, mind blowing. 

Read More

Paradox Pola Hidup

Sadar gak sadar, semakin kita dewasa akan semakin banyak hal yang kita pikirkan dan kerjakan. Itu sudah menjadi kewajiban normatif yang selalu ada di setiap generasi dan zaman, kita tidak bisa mengelak dengan pola hidup yang sudah disepakati non-tertulis ini.. kalaupun mengelak bisa saja, tapi harus siap dengan persepsi dan asumsi negatif yang bermunculan. Suatu saat sehabis kita lulus dari sekolah, kita lanjut kuliah, lulus lalu kita akan bekerja, menikah, punya anak, nyicil motor, beli mobil, beli rumah, meraih impian lain, dan meninggal. Standar pola hidup seperti itulah yang mayoritas lewati. Namun, ada-ada saja bagi mereka yang mempunyai impian-impian besar, tak sekedar melewati pola hidup dengan cara-cara lumrah.. mereka melawan mainstream yang ada, sehingga tidak heran terkadang pola hidup mereka tidak bisa ditebak. Sering mengejutkan. Sangat berbeda. Ya, mereka mengambil pilihan untuk tidak sekedar kewajiban normatif. 

Read More

Duka Dhuha

Saat saya sedang menulis ini, hujan sedang asik memainkan iramanya di luar. Merdu sekali, hati jadi adem. Hari ini pun, banyak hal yang saya temui dan membuat hati ini adem juga. Ketemu apa sih?

Semenjak pagi, sekitar jam 10.30 WIB, saya diamanahi oleh BEM Politeknik Negeri Jakarta untuk menjadi moderator di acara PNJ Fair hari pertama. Acara yang bertajuk: Jiwa Pemuda Entrepreneur. Menghadirkan Deputi dari Kementrian Koperasi dan UKM, Mas Mono (Owner Ayam Bakar Mas Mono), dan Ustadz Nasrullah (Owner Orchid Realty -Property-). Acaranya memang seru dan banyak sekali inspirasi. Namun, saya tidak akan membahas apa isi materi yang disampaikan pembicara tadi. Namun, pelajaran yang saya petik hari ini ada di sebelum acara dimulai.

Jam 08.45, saya sudah ditelpon oleh panitia yang bernama Sisi. Ia menyuruh saya untuk hadir jam 9 tepat, tapi apa mau dikata, saya baru berangkat aja jam 9 lewat hehe.. Tapi alhamdulillah, sampai di sana acara belum dimulai (ya biasalah ngaret-ngaret dikit :p). Saya menunggu di luar aula sambil BBMan sama temen. 

Read More

Arah Goyah #1

Tahun 2011 kemarin, terhitung saya sudah 3 kali pindah kantor/kerjaan. Perdana menjadi desainer grafis di sebuah EO yang mengurusi konferensi pemerintah dan institusi baik dalam dan luar negeri. Saya sempet dicibir juga oleh beberapa orang, "Katanya mau jadi entrepreneur..", tapi tak apalah, niat saya waktu itu untuk merasakan seperti apa sih rasanya jadi karyawan. Alhamdulillah, di tempat yang pertama ini saya dapat banyak pelajaran dan pengalaman, banyak juga hal-hal lucu yang saya temui :). Tapi tetap, walau bos dan manajer saya sudah memaksa untuk menetap di sana lebih lama, akhirnya di bulan kelima saya dibolehkan resign setelah 'ditahan' dua bulan di kantor yang bermukim di Lt.7 & 8 Office tower Hotel Kartika Candra, Gatot Subroto ini . Bukan masalah tidak suka atau kerjaan tak bisa diselesaikan... tapi hati ini yang selalu gelisah, "Bukan di sini tempatmu..", bisiknya.

Pencarian itu tetap berjalan. Setelah resign dari kantor pertama, tawaran langsung datang, yaitu diajak mengurus bisnis yang dibentuk oleh ayah saya dan teman-temannya. Saya pun didaulat untuk menjadi desainer grafis (lagi) + sedikit mengurus pengembangan bisnisnya. Awalnya saya sangat tertarik, karena nampaknya dapat lebih bebas dalam mengeksplor diri. Namun ternyata, persoalan orang dewasa itu tak semudah yang dikira. Akhirnya mati suri. Saya pun tak suka dengan keadaan seperti itu. "Bukan di sini tempatmu..", ah.. hati berbisik lagi.

Read More

© 2011 Pekerja Kreatif, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena