kreatif pada tempatnya;

Paradox Pola Hidup

Sadar gak sadar, semakin kita dewasa akan semakin banyak hal yang kita pikirkan dan kerjakan. Itu sudah menjadi kewajiban normatif yang selalu ada di setiap generasi dan zaman, kita tidak bisa mengelak dengan pola hidup yang sudah disepakati non-tertulis ini.. kalaupun mengelak bisa saja, tapi harus siap dengan persepsi dan asumsi negatif yang bermunculan. Suatu saat sehabis kita lulus dari sekolah, kita lanjut kuliah, lulus lalu kita akan bekerja, menikah, punya anak, nyicil motor, beli mobil, beli rumah, meraih impian lain, dan meninggal. Standar pola hidup seperti itulah yang mayoritas lewati. Namun, ada-ada saja bagi mereka yang mempunyai impian-impian besar, tak sekedar melewati pola hidup dengan cara-cara lumrah.. mereka melawan mainstream yang ada, sehingga tidak heran terkadang pola hidup mereka tidak bisa ditebak. Sering mengejutkan. Sangat berbeda. Ya, mereka mengambil pilihan untuk tidak sekedar kewajiban normatif. 



Kewajiban normatif saja sudah berat, bahkan untuk selesai dengan perkara yang normatif saja itu sudah jadi prestasi tersendiri. Memang membingungkan, ketika ada yang memilih tidak bekerja saja, namun turut ikut serta dalam membangun Indonesia--oke terlalu besar--misal membangun kampungnya sendiri, ia mengajar anak-anak di lingkungannya secara gratis. Belum lagi mereka yang sudah disibukkan dengan kerjaan kantor, masih sempat-sempatnya ikut aktivitas dakwah, komunitas, kuliah, forum belajar, bisnis sambilan, dll.

Memang ini sebuah pilihan, entah karena tuntutan, tidak fokus, atau benar karena passion? terserah.. yang pasti mereka sudah berada pada pola hidup yang anti-mainstream (baca: menambah beban hidup). Logikanya, pola hidup normatif mayoritas saja sudah berat, apalagi ditambah segudang hal itu?. 

Suatu hal yang harus dievaluasi dan direnungkan bagi mereka yang telah memilih ataupun akan meninggalkan beberapa dari pilihan itu. Semakin kita dewasa, kita akan tahu bahwa yang lebih penting dari sekedar powerfullnya impian adalah kemampuan impian itu untuk dieksekusi. Bukan sekedar hebat impian dalam awang-awang, tapi mampu mewujud secara nyata dalam realitas. Pola hidup Normatif adalah kegiatan bermimpi/menjalani hidup dengan impian yang normal-normal saja dan sudah dibuktikan memang mampu diwujudkan dalam realitas hidup, maka kegiatan yang masuk rasionalitas pasti akan lebih banyak yang memilih: kultur hidup mayoritas. Namun, bagi mereka yang ingin keluar dari zona tersebut dan memilih bereksperimen dengan mencoba (atau bahkan menemukan) pola hidup yang berbeda, harus paham dulu dengan:


1.Eksekusi impian dalam dunia realitas, 
2.Cara bekerjanya pikiran yang liar, 
3.Hukum keseimbangan, 
4.dan hukum kepantasan.


Dengan mengetahui bahwa tak semua imajinasi mampu dieksekusi dalam dunia realitas, kita akan tahu dengan tepat mana prioritas dan tidak prioritas. Akan menyedihkan, ketika kita tak mengetahui prinsip ini.. akan banyak waktu terbuang dalam dunia nyata, karena ujungnya impian kita tak akan pernah mampu dieksekusi dalam dunia realitas. Cinta bertepuk sebelah tangan. Lalu kenapa Einstein berkata: "Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan"? Jangan salah kaprah, imajinasi yang dimaksud oleh einstein di sini bisa saja berbeda dengan persepsi kita kan? mungkin kita perlu belajar lagi atau mulai dekontruksi kepahaman kita. Yang saya ketahui, imajinasi yang einstein maksud adalah sebuah ruang metafisik yang mempunyai hukum logika tersendiri (fisika quantum) namun mempunyai sambungan dalam dunia fisik (fisika newton). Sering dikenal dengan sebutan dunia paradox. Imajinasi semacam itu berbeda sekali dengan imajinasi yang hanya sebuah akrobat pikiran (tidak nyambung dengan hukum dunia paradox), hanya akan membuang waktu nantinya.

Lalu mengetahui cara bekerjanya pikiran. Pikiran itu mempunyai sebuah hukum: "Tidak bisa dihentikan, namun bisa diarahkan". Kita harus memahami cara bekerja pikiran ini, bersahabat dengannya, agar mampu kita arahkan. Ketika tidak bisa dihentikan, maka kita yang akan dikendalikan oleh pikiran kita sendiri. Dalam dunia yang mempelajari ilmu persepsi, pasti akan mendapati sebuah kesimpulan bahwa pikiran bukanlah diri sendiri, ia mampu dikelola oleh kita. Pikiran mampu membuat makna baik dan buruk -sebuah rahasia yang akan membuka tentang pencarian arti sejati absolut. Pola hidup anti-mainstream sangat membutuhkan hal ini, karena nantinya yang dilawan adalah persepsi dan asumsi orang-orang: bahasa sederhananya adalah fitnah, suudzon, caci-maki, umpatan, bahkan bukan hanya dilakukan oleh orang lain, namun oleh diri kita sendiri (baca: pikiran kita sendiri). Untuk itu penting sekali mengetahui tentang cara bekerjanya pikiran, yang harus dikalahkan di awal adalah persepsi negatif dari pikiran kita sendiri, kalahkan dengan persepsi positif dari pikiran kita sendiri juga. Inilah yang sering disebut di sekitar kita dengan bisikan setan dan bisikan malaikat, dilema bisikan. Ketika kita mampu mengelola pikiran kita, maka persepsi negatif dari luar diri kita akan lebih mudah kita patahkan. 

Selanjutnya tentang hukum keseimbangan. Hidup selalu mempunyai keseimbangan yang tidak bisa kita lawan.. Ada masa di mana kita pasti jatuh sakit, karena kita berada dalam hukum keseimbangan yang tidak bisa kita lawan. Seperti gravitasi, jatuh ya ke bawah. Ini harus disadari, agar mereka yang impiannya melebihi hukum keseimbangan sadar bahwa ada batas-batas dalam alam semesta dan diri manusia. Namun, ada kabar gembira: hukum keseimbangan ini sifatnya relatif. Kerelatifitasan ini terjadi karena manusia mempunyai potensi untuk berkembang dan masih banyak rahasia dalam diri manusia yang belum terkuak. Jika kita bicara berkembang, maka kita juga akan berbicara tahapan, tentang sebuah proses. Hukum keseimbangan akan menarik untuk kita jalani, karena semakin kita menuju tahapan berikutnya ternyata hukum keseimbangan dapat kita sebut sebagai: keajaiban. Contoh? cerita tentang seorang ibu yang mampu mengangkat sebuah mobil besar yang menggencet anaknya. Hukum keseimbangan dalam tahapan X ini tidak mungkin, namun ketika di tahapan Y ini mungkin.. dan itu terjadi, fakta ibu itu bisa mengangkatnya padahal secara logika hukum keseimbangan tidak bisa. Inilah hukum keseimbangan, wajib diketahui ketika memilih pola hidup anti-mainstream.. agar mengerti potensi kita sekarang berada di tahapan yang mana dan mampu mengakselerasikan hukum keseimbangan itu.

Terakhir, mengetahui hukum kepantasan. Sebenarnya ini nyambung dengan hukum keseimbangan tadi. Kita harus tahu diri (nggak ngoyo dulu..), mengetahui kini kita berada di mana dan ingin kemana?. Kita yang dulu, kini , dan masa depan pasti akan berbeda. Contoh: kita yang sekarang/kini ingin berubah menjadi manusia yang positif, sesuatu yang positif itu bukanlah diri kita yang kini/sekarang walau kita memikirkannya dalam kekinian, maka sesuatu yang positif itu adalah kita di masa depan namun belum terjadi. Untuk menjadikannya adalah dengan melewati hukum kepantasan. Jika ingin menjadi di masa depan, maka harus memantaskan diri yang saat kini. Hukum kepantasan berbicara tentang proses alami, bukan proses ilegal semacam nyogok, korupsi, atau hal lain yang merusak proses kealamaian. Semisal kita yang kini ingin menjadi PNS di masa depan.. namun kita meraihnya dengan nyogok.. berarti hukum kepantasan tidak dia jalankan. Apa yang terjadi? hukum keseimbangan tahap x yang akan mengurusnya, entah nanti kena kasus, sakit-sakitan, kerjaannya gak bener, dll. Kenapa hukum kepantasan ini penting? agar kita mengerti bahwa kalau kita ingin menuju sesuatu pada masa depan, maka wajib melalui hukum kepantasan ini (bukan maksud saya pola hidup normatif itu tidak melalui hukum kepantasan ini). Kita butuh mereka yang ingin mejadi pejabat publik, anggota dewan, dan para pemegang kebijakan di negeri ini adalah mereka yang telah memantaskan diri berada di sana dengan melewati hukum kepantasan. Karena banyak sekali mereka yang sebenarnya tidak pantas malah duduk-duduk di atas sana. Hukum kepantasan sangat berhubungan dengan kesadaran diri, "Seberapa pantas saya?". 

Yah, ini hanya sekedar sudut pandang. Persepsi dalam tulisan ini adalah sebuah subjektifitas dari pengalaman yang telah dilewati. Pola hidup dapat dibentuk, pola hidup dapat diciptakan, pola hidup adalah pilihan. Pilihlah apapun, mau normatif ataupun melawan mainstream, haruslah dalam jalan kebaikan, jalan yang benar, jalan yang pantas, jalan yang seimbang. Tapi, sekedar memberitahu.. bangsa ini masih butuh mereka yang mau merubah negeri ini, mereka yang rela memasuki pola hidup anti-mainstream, dan semoga itu kamu. InsyaAllah.






Depok, 2 Juli 2012
Muhammad Maula Nurudin Alhaq
@maulaozier

0 komentar:

© 2011 Pekerja Kreatif, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena