kreatif pada tempatnya;

Takdir Menulis

Saya pikir-pikir ulang, ternyata saya sangat suka menulis. Saya menulis sejak SD, dimulai dari menulis hal-hal konyol yang dengan pedenya saya bacakan di mobil jemputan. Mas Umar yang setia menyupiri kami tertawa terbahak-bahak saat itu. Ya, hati ini bahagia melihat reaksi orang akibat karya kita.

Semenjak itu pula saya keranjingan menulis apapun yang beredar mengitari pusat orbit pikiran dan perasaan. Hingga pernah tertidur di atas keyboard komputer demi menyelesaikan sebuah tulisan yang akan disebar ke teman-teman pagi harinya. Saya terenyuh sendiri ketika mengingat hal ini.

Dihitung sedari SD, berarti sudah hampir 14 tahun lebih saya berkutat dengan dunia kata ini. Mengirim ke penerbit sudah lumayan banyak. Lebih banyak yang tidak menanggapi dan 3 penerbit besar kompak menolak kiriman naskah saya. Sedih itu pasti, tapi setiap penulis pasti mengalami hal ini kan? fakta ini membesarkan hati dan mengembangkan lagi senyum yang sempat lupa cara tersenyum.

Tak habis akal, sebelum kembali mengirim naskah ke raksasa penerbit saya putuskan masuk jalur indipenden. Mendesain sendiri, mengedit sendiri, mencetak sendiri dan menjual pun sendiri. Buku pertama saya pun terbit lewat jalur indie. Senangnya saat karya saya diterima, dibaca orang lain, diberi saran dan kritik, bahkan lebih dari yang saya bayangkan: tulisan saya mampu merubah hidup seseorang. Semangat itu makin ada, percaya diri itu tumbuh dengan perlahan.

Saya bukan orang yang berpendirian tetap, mudah terombang-ambing sana-sini.. masih terus belajar untuk meredam sifat buruk itu. Tapi, entah kenapa untuk satu hal ini yaitu menulis, saya tak pernah berubah pendirian: tetap menulis apapun kondisinya. Inilah yang membuat saya percaya, menulis adalah salah satu takdir terbaik saya. Takdir yang harus saya perjuangkan agar naik kelas, entah ketika buku saya diterima penerbit besar atau banyak orang yang menerima manfaat dari karya saya. Ketika masa itu tiba, saya akan tersenyum lagi membaca tulisan ini. Ternyata hidup itu indah, jika kita bertahan dalam proses jatuh-bangun. Melangkahlah.

1 komentar:

Unknown said...

semoga istiqomah menulis

© 2011 Pekerja Kreatif, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena